Dua sudut pandang


Manusia hidup tentunya memiliki keunikan yang berbeda dimulai dari anak yang kembar antara satu dengan yang lain pastinya berbeda, baik dari sudut pandang maupun pemikiran. Lalu bagaimana kita dan dengan yang lain memandang sesuatu. Apakah kita mau memikirkan sudut pandang yang berbeda dengan pemikiran kita saat ini mengenai sebuah asumsi yang sedang bertebaran di masyarakat?

Fakta yang ada ketika seorang manusia dalam hidupnya ada mencari proses kebenaran, bukan kebenaran mutlak. Kita asumsikan pada zaman dahulu bahwa tidak ada bilangan nol, lalu muncul lah bilangan nol. Lalu para pemikir terdahulu memikirkan bahwa ax+b=c dimana pemikiran bahwa c tidak negatif maka ia memindahkan agar bilangan itu positif. Lalu zaman selanjutnya barulah ada bilangan bulat negatif. Benar menurut zamannya bukan abadi. Apakah yang abadi ? Ketentuan yang telah di tetapkan Allah SWT.

Mungkin tulisan kali ini terutama saya sendiri, yang sedang mengalami kebimbangan mau melanjutkan studi ini atau tidak, karena ada suatu pemikiran yang tidak bisa saya lepaskan menyangkut esensi sebuah pendidikan. Bisa dibilang semakin banyak buku saya baca dan buku itu akan mempengaruhi kepribadian saya. Ahh curhat colongan...

Manusia itu unik mungkin bagi dirinya benar dan mungkin bagi orang lain pemikiran kita salah. Seperti halnya pada zaman ini (2020) dimana banyak sekali berhamburan dan perbedaan pendapat mengenai sholat dimesjid saat musim pandemi corona ini. Sebagian berpendapat untuk mengikuti aturan pemerintah untuk tidak berkerumun dipasar. Di sudur pandang orang lain, jika tidak kepasar ia mungkin tidak makan. Pandang yang cukup berbeda bukan. Padahal jika kita mau menelisik dua pandangan itu kita akan menemukan hal yang unik. Pasar menjadi sedikit lengang dengan adanya sebagian yang kepasar dan sebagian lagi tidak. Tapi apakah benar? belum tentu juga. Final kebenaran belum terlihat mungkin hingga kehidupan di dunia ini berakhir.

Tapi, lihatlah kebanyakan manusia merasa dirinya paling benar. Kebanyakan tidak mau melihat dari sudut pandang lain. Pernah kita menanyakannya secara langsung mengenai kenapa? Bagaimana? Apa? . Bagaimana kamu bisa paling benar sedangkan dunia ini kita masih dalam proses kebenaran, bukanlah kebenaran mutlak.

Post a Comment

0 Comments